Rasulullah menggambarkan potret minimal muslim yang sholih adalah yang menahan diri dari kejahatan sebagai shadaqoh paling rendah. Tentu kesholihan pribadi ini perlu kita tampilkan potretnya agar jatidiri pahlawan bukan sekedar diteorikan. Menurut Anis Matta, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meraih kesholihan pribadi.

Jadilah Pemberi Kebaikan

Menjadi shalih berarti memproduksi energi kesholihan tak pernah henti. Untuk dapat memberi kita harus memiliki, bukan sekedar “makelar” amal, menyuruh orang lain tetapi melupakan diri sendiri. Allah berfirman “Apakah kamu menyuruh orang lain berbuat kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu telah membaca Al Kitab. Apakah kami tidak berfirkir?” (Al-Baqarah : 44)


Kita bukan lilin yang menerangi sambil membakar diri. tapi jadilah penerang nyata, sirajan muniran cahaya yang membuka kegelapan diri sekaligus mengantarkan orang lain. Imam Syahid Hasan Al Bana mengajari kita “orang yang tidak memiliki sesuatu, maka ia tidak bisa memberikannya kepada orang lain.” Semangat memberi akan mendorong kita untuk mencari dan mencari, menggali dan menggali, lalu melejitkan diri. Kita adalah kran kebaikan yang mengalirkan air kesejukan, menyalurkan hidayah, menggugah jiwa.

Berorientasi Untuk Memberi Kontribusi

Menjadi manusia itu pasti, tetapi menjadi sholih adalah pilihan. Memilih untuk memberi. Bukan berfikir untuk meminta. Padahal pada umumnya manusia cenderung mencari untung buat dirinya sendiri. Egois. Tapi ketahuilah, justru dengan memberi kita menjadi memiliki.

Miliki harta sejati dengan berinfaq. Miliki cinta dengan memberikan perhatian. Miliki kesempatan dengan beramal. Miliki cita-cita dengan karya. Miliki kesuksesan dengan proses kesinambungan. Miliki waktu dengan berbakti. Miliki hati dengan berbagi. Miliki kepercayaan dengan keteladanan. Miliki keikhlasan dengan ketulusan. Dan miliki kebahagiaan akhirat dengan amal bermanfaat.

Maka berbekal semangat memberi kontribusi inilah seseorang akan berupaya untuk meningkatkan kapasitas pribadinya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Ia belajar dan berlatih menguasai banyak keahlian dan ketrampilan untuk dapat memberikan peran, sumbangan dan perhatian. Inilah energi kesholihan yang akan menghidupkan jiwa dan menghasilkan karya.

Lapang Dada Menampung Perbedaan

Orientasi orang sholih bukanlah merasa paling benar amalnya, sehingga tidak haram bila ada mazhab fiqh yang diakui memperkaya khazanah umat Islam. Salafus shalih berorientasi bagaimana menjadi yang paling baik amalnya, ahsanu ‘amala.

Mereka pun berlomba. berlomba untuk menjadi yang lebih baik tanpa merasa paling baik. Berprestasi besar tanpa merasa besar. Masing-masing cara mereka berbeda, yaitu amal yang tepat pada saat yang tepat. Amal utama pada waktu yang utama. Amal mulia yang mengangkat kemuliaan jiwa.

Respek Terhadap Keunikan Orang Lain

Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap orang diciptakan menurut bakatnya masing-masing.” Orang lain berbeda dengan kita. Karena Allah menciptakan manusia berbeda sesuai dengan keunikannya. Disinilah kita menjadi shalih dengan berukhuwah, menerima keunikan orang lain. Caranya..?? Ta’aruf saling mengenal, tafahum saling memahami dan takaful saling memikul beban. Disini kita menjadi shalih dengan bersinergi dengan keunikan kita.



dikutip dari Zeo to Hero (Solikhin Abu Izzudin)