Zulfi Akmal
Al-Azhar Cairo

Salah satu pengalaman dalam pergaulan yang dituliskan oleh ust. Abbas As Sisi di dalam kitab beliau "Adz Dzauq Suluk Ar Ruh" adalah:

Suatu kali seorang ikhwah berkunjung kepada temannya yang lagi berada di toko tempat ia berjualan. Bertepatan waktu itu, temannya baru selesai menghitung uang hasil jualan barang dagangannya.

Setelah lama berbincang-bincang santai, ikhwah pemilik toko ingin ke toilet. Sebelum pergi, dengan otomatis tangannya mengunci laci tempat uang yang baru saja ia hitung. Kemudian ia langsung pergi menunaikan hajatnya. Sementara temannya duduk di samping meja tempat laci penyimpanan uang.

Tanpa ia sadari, ternyata ikhwah yang datang berkunjung memendam suatu perasaan.

Ketika pemilik toko kembali dari toilet, ia bicara dengan terus terang. Dia berkata: "Kenapa kamu mengunci laci penyimpanan uang sebelum kamu pergi ke toilet? Padahal aku duduk di sini. Apakah kamu curiga kalau aku akan mencuri uangmu? Apakah persaudaraan kita selama ini belum cukup untuk menjadikan kita saling mempercayai?

Ikhwah pemilik toko menjawab: "Benar sekali perkataanmu. Kita sudah bersaudara semenjak lama. Tidak ada kecurigaan dalam hatiku sedikitpun kepadamu. Pergaulan selama ini sudah membuktikan kejujuran dan saling mempercayai sesama kita. Tapi...... yang aku lakukan tadi - mengunci laci berisi uang - justru menjaga hatiku supaya tidak ada buruk sangka kepadamu. Supaya syetan tidak merusak hubungan kita.

Mana tahu ketika aku menghitung uang tadi terjadi kesalahan. Nanti ketika aku hitung lagi ternyata berbeda dengan hitunganku yang pertama. Kalau aku tidak mengunci laci, pasti syetan akan berbisik di dalam hatiku bahwa kamu sudah mencuri uang di saat aku pergi ke toilet. Akhirnya, perkara sepele begini akan merusak ukhuwah yang sudah bertahun-tahun kita bina.

Jadi aku lakukan itu bukan curiga kepada dirimu, tapi aku tidak merasa aman dengan bisikan hatiku sendiri dan was-was syetan.

Semoga juga bisa jadi ibrah bagi kita dalam pergaulan sehari-hari.

sumber : http://www.pkspiyungan.org/2013/12/sepenggal-kisah-adz-dzauq-suluk-ar-ruh.html