Mungkin anda akan mengernyitkan dahi dan mengangkat bahu tanda bahwa anda tidak tahu apa itu empati. Sadarilah bahwa empati tidak bersemayam di hati anda, tidak juga di jantung anda, melainkan di otak kanan anda. Dengan berporos pada empati kita mampu menilik sisi lain dari sebuah argumen, menetskan air mata karena sebuah cerita, tidak menambah susah orang yang tengah susah, meminjamkan uang kepada orang yang tengah pailit, dan menggigit bibir ketimbang menyibir. Berikut adalah sedikit ilustrasi untuk mengetahui apa dan bagaimana empati itu bekerja dalam diri seseorang.

Pada suatu hari seorang polisi yang sedang patroli menghampiri tukang duku.
“Selamat siang!” sapa polisi dengan nada tegas, “kamu tahu kan daerah ini dilarang berjualan”
Sahut tukang duku pelan, “ya Pak, saya mohon maaf....”
Lanjut polisi, “Kalau begitu sebagai hukumannya makan tuh buah duku dengan kulit-kulitnya! Cepat!”
Karena merasa bersalah, maka tukang duku terpaksa melakukan apa yang diperintahkan oleh Polisi. Lalu giliran tukang jeruk yang dihampiri.

“kamu juga!” sergah polisi. “Sudah tahu kan daerah ini dilarang berjualan?”
Sahut tukang jeruk pelan, “ya Pak, saya mohon maaf....”
Polisi melanjutkan “Kalau begitu sebagai hukumannya makan tuh buah jeruk dengan kulit-kulitnya! Cepat!”
Tidak punya pilihan, maka tukang jeruk terpaksa menuruti apa yang diperintah oleh polisi.

Selang beberapa saat kemudian kedua-duanya menangis...
Tanya polisi, “Kenapa ? tidak enak ya...?”
“Ya pak”, sambil menangis Tukang jeruk menjawab” tapi bukan karena itu kami menangis”
“Lantas kenapa kalian menangis?” lagi-lagi polisi bertanya
“itu pak, diseberang ada tukang durian,” serta merta tukang jeruk menjelaskan “kami tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya setelah bapak hukum nanti”

Ha..haa...haaaa...